Tentang Penulis

Catatan

Anniversary

Hari ini tepat setahun gue berpetualang di luar lingkaran BUMN/D, ada banyak pelajaran yang gue ambil ketika gue belajar di swasta. Program yang belum pernah gue temui dan dapatkan waktu itu, saat gue di tempat sebelum-sebelumnya. Makannya gue share, siapa tahu anda terinspirasi.

Pertama, buddy program. Menurut google translate, buddy berarti sahabat. Kalau bahasa Jawa artinya Konco. Singkat cerita, buddy program ini adalah program menyambut temen2 pegawai baru yang baru join.

Selama beberapa bulan, gue punya 2 buddy, satu buddy dunia nyata, dan satu dunia maya. Intinya program ini adalah menyiapkan teman untuk kita yang baru masuk, teman diskusi, teman cerita, teman berharap dll.

Buddy kita adalah orang lama, jadi antara golongan baru dan golongan lama bisa lebih cepat berkolaborasi. Buktinya mereka, 2 orang lama mau jadi buddy gue. Thanks banget.

Dampaknya apa sih? Positif. Salah satunya, menurut gue ya, orang-orang baru ga dianggap sebagai ancaman dan orang lama gak dianggap musuh oleh orang baru masuk.

Programnya bagus. Sebagai karyawan baru nan cupu, aing jadi lebih merasa diterima sejak awal hari pertama sebagai sohib baru. Dan kayak lebih cepet cair aja, kayak batu es kena matahari. Anjay.

Yang jadi buddy gue ya tentu orang yang punya positive vibes gutu. Jadinya gue kebawa positif karena buddy gue role model gue. Dia dah mau jadi buddy di tengah kesibukannya sebagai engineer aja adalah sesuatu yang luar biasa.

Kalau kalian mau coba menerapkan di tempat kalian, saran gue, untuk memulai program ini, kita bisa memulainya dari pegawai baru untuk spesifikasi tertentu misalnya, yang lain cukup melalui induksi. Jadi gak semua pegawai baru punya buddy, bukan berarti diskriminasi, tetapi lihat resources internal juga dan jumlah orang yang siap dan cucok jadi buddy.

Kedua, mentoring. Gue kenal istilah mentoring dulu pas SMA. Ada kurikulumnya, dibagi per kelompok dengan satu kakak pembina. Mentoring tentu punya banyak sisi positif. Mentoring sebagai sarana bercerita juga dan belajar. Ternyata di Perusahaan ini juga ada program mentoring, tapi bedanya one on one, antara satu orang mentor dengan 1 orang mentee.

Hebatnya, yg jadi mentor bagi para mentee itu termasuk direktur loh. Di sini, Direktur meluangkan waktunya 30 – 1 jam per bulan kadang per minggu untuk sharing kepada para menteenya. Gokil ga tuh?

Gue jadi ikutan termotivasi untuk belajar jadi mentor. Skrg gue punya 1 mentee yang sudah berjalan, kurang lebih baru 3 hours-an sampai tulisan ini gue posting. Gue share presentasi dan cerita ttg business plan cycle. Gue rencana mau tambah mentee dan dah gue sudah share materi gue ke 2 calon mentee lainnya.

Program ini tentu harus dipertahankan dan dikembangkan. Buat temen2 gue yang di luar sana, yang belum ada program ini, cepet-cepet deh contoh ini sebagai salah satu sarana development untuk menciptakan good followers dan good leaders.

Kalau bisa sih buat dan bangun kurikulum atau standar tentang development plan melalui sesi mentoring ini. Mungkin Bab I terkait followership, Bab II leadership, Bab III Finance for Non Finance misalnya, Bab IV soft skills kayak presentasi, excel kek atau apa gtu dan seterusnya. Ini contoh doang sih. Wkwk.. tapi gue serius, mentoring adalah salah satu sarana. Lu harus buat ini guys di kantor lu. Buat aja dulu, kurikulum atau standarisasi sambil jalan lah.

Ketiga, gue pernah lihat di instastory temen gue, temen gue dapat tuh sebagai Miss Revenue di kantornya. Semacam ajang penghargaan yang dapat sertifikat gtu di kantornya. Gue pikir ini menarik ya, sebagai salah satu program benefits and compensation.

Dan di sini ada dong, jadi waktu leaders forum kemarin, dibuatlah ama temen-temen panitia penghargaan-penghargaan gtu, semacam siapa yang jadi duta nilai-nilai perusahaan. Duta ethics si A, duta professional si B dst. Gue dapat? Ya kagak pret. Hahaha..

Tapi point yang gue mau bahas bukan itu. Wkw. Katakanlah ajang-ajang ini dianggap sebagai sesuatu yang “kecil” ya, tapi gue selalu punya hipotesis, barangsiapa dia menghargai hal-hal kecil, maka dia bisa menghargai hal besar.

Bisa mengerti kan maksud gue? Ini Perusahaan, menurut penilaian gue, punya passion dan hasrat membangun dan memperbaiki sistem untuk menghargai karyawan-karyawannya. Banyak program yang digunakan untuk meretain temen-temen yang dianggap high potential, even kalau kita termasuk yang low performance, mereka punya program untuk mendevelopnya.

Tentu belum sempurna dalam perencanaan dan pelaksanaan, tapi at least kata CEO gue dari gak ada jadi ada itu sebuah pencapaian loh, dan once lu punya keinginan, kata orang kan where there’s a will there’s a way, if someone is determined to do something, he will find a way to accomplish it regardless of obstacles.

Kenapa lu menuliskan semua ini? Mungkin kalian bertanya. Ada niat menjilatkah? Hahaha.. kagak. Menjilat is not my passion, that is not my dream, my dream is Cappadocia.. alah.. haha… *seriesviralmodeon

Selain sedang belajar bersyukur, gue yang sekarang juga lagi belajar respek terhadap hal-hal yang “sekecil” apapun. Contohnya? cleaning service di kantor sekarang yang mengucapkan selamat pagi pak dan senyum kalau berpapasan sama kita dan bilang hati-hati pak licin kalau lantai sedang dipel. I am happy on that.

Yang kayak gtu2, suka gue ceritain, termasuk melalui tulisan dan blog ini. Semoga semua yang baik bisa kita contoh gengs di semua tempat. Semoga semua pemimpin lain punya concern terhadap karyawannya, bukan hanya pada karirnya.

Karena teorinya kalau pemimpin concern terhadap orang, si orang itu akan membangun dan mengakselerasi bisnis kita, karena kata om Zig Ziglar, seorang ahli manajemen yang gue belum pernah bertemu cuma ngelihat kata-kata mutiaranya di poster sejak 2016, dia pernah bersaid: “You don’t build a business. You build people, then people build the business.” 

Sekian.

One thought on “Anniversary

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *