Tentang Penulis

Catatan

Come and Go

Seorang direktur bertanya ke gue, “kenapa ya setelah gue masuk banyak yang resign?”. Ini nanya apa nyindir ya wkwk.. Kenapa nanya ke gue ya, apa karena gue sering pindah-pindah kantor ya. Hahaha..

gue bilang, “people come and go”. Anjay.. keren juga kayaknya jawaban gue.. wkwk.. Seseorang datang dan pergi. Fenomena biasa, tetapi gue sepakat, memang harus menjadi perhatian, meskipun resign adalah hak setiap orang.

Mari kita coba kaitkan dengan teori biar kiatan ilmiah. Hahaha.. Pernah mendengar Maslow’s hierarchy of needs? Teori kebutuhan Abraham Harold Maslow, seorang psikologi dari Amerika Serikat? Secara sederhana anda bisa mencarinya di Google, yutub, instagram atau mungkin tiktok ada kali ya. Hahaha..

Teori tersebut menjelaskan level kebutuhan seseorang yang akan membuatnya termotivasi jika terpenuhi atau demotivasi jika tidak terpenuhi. Teori ini dapat menjelaskan kenapa orang di dalam memutuskan untuk resign ataupun orang di luar memutuskan bergabung di perusahaan baru.

 

Menurut Maslow, kebutuhan seseorang ada 5 (lima) tingkatan/level: physiological (fisiologis), safety (rasa aman), love (social needs), esteem (penghargaan), and self-actualization (aktualisasi diri).

Level paling dasar adalah basic needs, fisiologis seperti makanan, minuman, pakaian, tidur, gaji bagi karyawan atau dividen bagi pemegang saham.

Level di atasnya adalah rasa aman, keteraturan, stabilitas. Jadi contohnya, maka beda secara psikologis antara karyawan kontrak dengan karyawan tetap. Meski sebenernya judulnya zama-zama karyawan. Karyawan tetap dianggap lebih menimbulkan rasa aman, jadi karyawan kontrak termotivasi untuk jadi kartep.

Di atasnya lagi, ada sosial. Ini kaitannya dengan relasi dan interaksi antara kita. Kalau di kantor, menciptakan bonding antar karyawan, karyawan dengan atasan, atasan dengan bawahan, dengan less beraucracy menjadi penting juga. Membangun kolaborasi jadi salah satu jalan ninja untuk membangun persahabatan dan kekeluargaan.

Level keempat adalah penghargaan. Penghargaan bisa juga diberikan oleh diri sendiri untuk menciptakan self-confidence, kita bisa juga melakukan ini dan itu dari pengalaman da  self-assessment yang kita lakukan. Selain itu, merasa diapresiasi dan dihormati oleh orang lain adalah salah satu juga kebutuhan seseorang.

Kelima, adalah aktualisasi diri, bukan sekedar kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain, tetapi lebih dari itu, ada ruang pengembangan diri dan kontribusi lebih dari apa kompetensi yang dimiliki.

Setiap ada yang resign, secara umum, ada kaitannya dengan 5 level teori kebutuhan ini. Ada yang resign karena basic needs nya kurang terpenuhi. Di sisi lain ada perusahaan lain yang berani bayar lebih.

Ada juga yang resign bukan semata-mata gaji. Ada juga faktor lingkungan kerja yang tidak memberikan rasa aman dan nyaman. Biasanya mereka bilang, “dah gak nyaman bro di sini, gak kayak dulu.”

Faktornya banyak karena kuatnya silo-silo antar karyawan, atau genk-genk-an yang “mengintimidasi” anak-anak baru yang gajinya atau jabatan lebih tinggi.

Dari temen dan atasan yang gak asyik biasanya jadi bola salju yang berdampak akan rendahnya ikatan kekeluargaan antar karyawan, atasan dengan karyawan, atasan dengan atasan, sehingga menambah push factor orang keluar dari kerjaan.

Selain itu, ada hal klasik lainnya, tidak diberikan apresiasi atau diberikan compensation benefit oleh perusahaan dan manajemen yang tidak sebanding dengan kerja-kerja keras dan kontribusinya juga mendorong seseorang untuk keluar.

Yang terakhir, sudah tidak bisa mengaktualisasikan diri lagi, karena mungkin ide-idenya, masukannya, ditolak langsung mentah-mentah, tidak ada ruang bicara, pemimpin otoriter misalnya, itu juga menjadi faktor-faktor yang membuat seseorang untuk caw. Di saat yang bersamaan ada tantangan baru di luar sana untuk aktualisasi dirinya.

Jadi kalau ada perusahaan yang bisa membangun dan memanage 5 level tingkatan tersebut, harusnya bisa menurunkan level labor turnover (LTO) dengan mempertahankan talent yang ada, dan justru bisa menggaet talent-talent lain untuk bergabung. Ini teorinya ya. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *