Selamat Jalan Uwa
“Lu kok 500 ribu dek?”
“Emang lu ada duit?” Tanya gue ke adek.
29 Juni 2020, barengan sama aa dan adek, kita masing-masing sedikit patungan buat sedikit meringankan beban kakaknya ibu yang kembali lagi masuk ke rumah sakit.
Waktu ditanya gtu, adek gue jawab, “Wkwk biarin, ua sering kasih uang juga.”
Salah satu mata pelajaran terberat yang dicontohkan adek gue, dia bahkan lulus ujian, dimana mengeluarkan uang di saat sedang sempit. Ya adek gue abis resign, masih belum kerja, lagi nyari kerja. Dia memberikannya dari uang yang dia tabung hasil keringat manjat-manjat tower BTS.
Motivasi adek gue mungkin sederhana, uwa orang baik, maka juga harus dibales kebaikannya. Kebaikan yang berbalas kebaikan. Meski mungkin tidak pernah sebanding.
Tulisan ini biarlah menjadi saksi, kalau uwa emang orang baik ya. Setiap pulang ke rumah gunung, lebaran atau qurban, entah kenapa gue sangat senang dan nyaman bertamu ke rumah uwa, sambil nginep.
Orang baik itu salah satu cirinya adalah dia mau memberikan ruang pribadinya untuk orang lain. Contohnya uwa ini, rumahnya di kaki Gunung Burangrang bukan hanya terbuka bagi keluarga tetapi juga orang lain.
Rumah uwa memang di desain rumah panggung 2 lantai. Selain ada 3 kamar di lantai 2, ruang tengahnya di buat loss, jadi orang bisa ngampar tidur dan muat banyak orang, saudara atau tamu-tamunya.
Uwa juga banyak koleksi buku bacaannya. Kayak di perpustakaan, maklum Uwa dulunya adalah guru, sama kayak ibu gue. Orang-orang sekitar, anak-anak SD sering gue liat datang.
Anak-anak senang di sana karena uwa juga buat kolam renang kecil. Jadi mereka bisa berenang lalu membaca, meminjam dan bayar seikhlasnya.
Di rumahnya ada mata air. Mata air jernih yang terus mengalirkan air dan disambungkan melalui pipa ke orang-orang sekitar. Uwa tidak menguasai air itu. Tetapi dialirkan. Semoga menjadi amal yang terus mengalir.
Konsep rumahnya gue pikir sudah mengusung konsep baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Rumahnya bukan hanya menjadi surga buat uwa, tetapi lebih dari itu untuk orang banyak juga. Semoga rumahnya bisa menjadi perantara kebaikan amal uwa di tempat yang abadi sana.
Kita memang akan sangat merasa kehilangan ketika sudah tidak bertemu. Selamat jalan ya Wa. Di hari ketika Uwa dikebumikan, mohon maaf kita tidak sempat bertemu. Semoga kita dipertemukan di surga-Nya.