Trustworthiness
Kalau pas main ke ruang atasan, salah satu hal yang menarik perhatian adalah spanduk terkait Trustworthiness Equation atau rumus kepercayaan.
Spanduk yg didominasi warna biru, salah satu warna kebesaran tempat kami bekerja, spanduknya ditempel di dinding, dan siapapun yg masuk keruangannya pasti lihat.
Jujur gw belum baca atau dengar langsung dari sumber aslinya, Charles H. Green. Gw ga terlalu tahu beliau siapa, apalagi Bapaknya tentu lebih gak tahu siapa gw. Hahaha.
Kalau dilihat dari profile Linkedin, Charles H. Green adalah jebolan sarjana dari Columbia University dan master dari Harvard Business School. Dua kampus yg tentu ga diragukan lagi. Dia adalah pendiri Trusted Advisor sekaligus penulis bukunya. Salah satu idenya adalah terkait dengan trustworthiness equation.
Trustworthiness Equation adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan dan mengukur tingkat kepercayaan antara individu atau organisasi. Lalu apa sih yg membuat orang lain percaya sama kita, sebaiknya apa yg membuat orang lain tdk percaya atau kepercayaannya menurun ke kita?
Kata Charles H. Green, Kepercayaan itu = (Credibility + Reliability + Intimacy) / Self-Orientation. Seseorang akan meningkat kepercayaannya ke elu kalau kita kredibel, dapat diandalin, kalau dia pas deket ama kita dia selamat dan aman, selamat dan aman dari tindak tanduk kita.
Mari kita bahas satu per satu. Kredibel.
Kredibel merujuk pada keahlian, pengetahuan, dan kompetensi yang dimiliki. Seseorang akan percaya kalau kita bicara sesuai tugas pokok dan fungsi kita selama ini, dengan pengalaman dan background pendidikan yg ada. Gampangnya begini, orang akan lebih akan percaya BMKG bicara prediksi cuaca ketimbang ke gw kan, karena gw ga punya keahlian terhadap hal itu.
Reliability atau keandalan. Tingkat kepercayaan meningkat ketika seseorang secara konsisten memenuhi janji-janji dan berperilaku dapat diandalkan. Logika aja, kalau kita bohong terus, atau banyak tidak memenuhi janji tepat waktu, gmana orang mau mengandalkan. Janji janji aja terus, tapi ga dikerjain. Udah gak ontime, gak berkualitas lagi yg kita deliver.
Intimacy. Mengutip dari Tusted advisor, intimacy itu mengacu pada keselamatan atau keamanan yang kita rasakan ketika mempercayakan sesuatu kepada seseorang. Kita mungkin berkata, “Saya bisa mempercayainya dengan informasi itu; dia tidak pernah melanggar kerahasiaan saya sebelumnya, dan dia tidak akan pernah mempermalukan saya.” Bahasa sederhananya, kalau dipercaya dia ga khianat. Gak “bocor”, gak menjelekan orang yg kasih amanah.
Kredibel, reliability, dan intimacy adalah 3 faktor meningkatnya kepercayaan orang lain ke kita. Sebaliknya, kepercayaan seseorang akan menurun meskipun kita ahli ini itu, kalau ternyata kita hanya mementingkan diri sendiri (high self-orientation), nyari panggung sendiri atau ada kepentingan negatif terselubung. Ada ga yang kayak gtu? Banyak. Cuman yang harus kita pastikan, yang banyak itu bukan kita diantaranya.
Apa ciri kalau orang udah percaya ama kita? Bentuk rewardnya macem-macem, salah satunya lu bisa direferralkan kalau lagi nyari kerjaan. Dia bisa rekomendasikan elu.
Kalau dia percaya ama lu. Lu juga bisa pinjem duit tanpa jaminan BPKB. Hahaha..